Baca part sebelumnya dulu di kamar nomor 13.
Beberapa hari kemudian, aku merasakan sesuatu yang tidak biasa atau
bahwa merasakan sesuatu yang aneh. Saat aku sedang mandi, aku merasa
ketakutan saat lampu berkedip-kedip dan bahkan pula krannya pun mati.
Bahkan saat aku sedang di kampus pun, aku merasakan diikuti seseorang,
padahal aku tidak diikuti dengan seseorang.
Dan
saat aku sedang berada dibawah pohon, tiba-tiba aku melihat hantu
berwujudkan seorang perempuan yang menyeramkan dan aku kaget lalu
ketakutan. Setelah ketakutan itu tidak berhenti selama berhari-hari, aku
sedang mengalami depresi dan aku sering tidak masuk untuk ngampus. Saat
aku berada didalam kost, Helena mengetuk pintu untuk ingin bertemu aku
dan Dinda pun membuka pintu lalu aku ingin sekali curhat dengan Helena.
“Dinda, kenapa kamu ini sering enggak masuk kampus?” Helena bertanya.
“Jadi begini, aku ini sempat ngedrop apalagi aku depresi” aku menjawabnya dengan lemas.
“Loh, kenapa kamu bisa seperti ini?” Helena kaget.
“Jadi begini, aku ini sempat ngedrop apalagi aku depresi” aku menjawabnya dengan lemas.
“Loh, kenapa kamu bisa seperti ini?” Helena kaget.
“Jadi
kayaknya selama aku dikamar kost ini, aku merasakan sesuatu yang aneh
dan itu pun aku pun juga takut selama aku menginap dikamar kost ini
apalagi aku juga ngerasain diikuti sama seseorang yang misterius yang
aneh. Lalu apa ada yang bermasalah ya sama kamar kost ini ya?” curhatku.
“Nah aku punya ide nih, gimana kalau kita ini nanti curhat ke pak Sueb, itu loh yang punya kamar kost-kostan ini”.
“Boleh juga tuh”.
“Boleh juga tuh”.
Lalu aku dan Helena pergi dan ingin bertemu dengan pak Sueb. Lalu bertemulah pak Sueb disebuah tempat penjagaan kost tersebut.
“Permisi pak Sueb” aku dan Helena mengucapkannya secara bersama.
“Iya ada apa?” ucap pak Sueb.
“Iya ada apa?” ucap pak Sueb.
“Jadi begini pak, kalau kamar kost yang
ditempati aku itu ada masalah apa ya pak sampai aku ini ketakutan selama
tinggal dikamar kost ini?” aku curhat.
“Yang nomor 13 kan?” pak Sueb bertanya.
“Iya pak”.
“Yang nomor 13 kan?” pak Sueb bertanya.
“Iya pak”.
“Jadi begini, beberapa
tahun yang lalu ada mantan penghuni kost nomor 13 yang sudah meninggal
karena dianiaya dikamar kost tersebut. Mantan penghuni kost tersebut
dikenal pendiam dan sampai-sampai dia dianiaya setelah dia melakukan
hubungan s*ks*al dengan pacarnya”.
“Oh jadi begitu ceritanya, lalu biar dikamar kostnya enggak ada hantunya gimana pak?” Helena bertanya.
“Oh iya, ini kan sudah hari jumat tanggal 13, jadi nanti kalian berdua atau kalian boleh bantu seseorang buat mengusir hantu penghuni kost tersebut”.
“Oh iya, ini kan sudah hari jumat tanggal 13, jadi nanti kalian berdua atau kalian boleh bantu seseorang buat mengusir hantu penghuni kost tersebut”.
“Cara mengusir hantunya gimana ya pak?” Dinda bertanya.
“Caranya siapkan lilin dan suguhan makanan untuk roh hantu itu, lalu ambil barang-barangnya mantan penghuni kost tersebut diatas lemari itu untuk dibakar”.
“Caranya siapkan lilin dan suguhan makanan untuk roh hantu itu, lalu ambil barang-barangnya mantan penghuni kost tersebut diatas lemari itu untuk dibakar”.
“Tapi kalau suguhannya harus dapat dari mana?”.
“Gini saja, kalau suguhannya itu sudah aku siapkan kok, nanti saat mau ritualnya ya bisa ambil disini kok”.
“Oh jadi gitu ya pak, baiklah terima kasih ya pak”.
“Gini saja, kalau suguhannya itu sudah aku siapkan kok, nanti saat mau ritualnya ya bisa ambil disini kok”.
“Oh jadi gitu ya pak, baiklah terima kasih ya pak”.
Setelah
itu, aku dan Helena mengakhiri obrolan tersebut dengan pak Sueb. Saat
sedang melakukan persiapan untuk ritual tersebut, aku ingin mengajak
bersama pacarnya, sebut saja Reza yang juga satu kampus dengannya dan
aku ingin mengajaknya karena aku ingin dibantu dengan Reza untuk
mengusir roh hantu. Dan Reza mau membantu aku dan Helena.
Saat
persiapan sedang dimulai, Helena mengambil sebuah lilin beserta
suguhannya dan lalu suguhannya tersebut diletakkan didalam kamar kost.
Dan sedangkan aku dan pacarku sedang membakar barang-barang milik mantan
penghuninya tersebut. Saat sedang persiapan untuk pembakaran, aku yang
meletakkan barang tersebut sedangkan pacarku yang sedang menyiapkan
korek api untuk membakar barang tersebut.
Karena
tidak mempan dalam pembakaran tersebut, karena ulah dari roh hantu itu.
Maka pacarku memberikan satu jeriken minyak tanah agar pembakaran
tersebut bisa hangus keseluruhannya. Dan akhirnya, pembakaran tersebut
sudah selesai dilakukan sehingga tidak tersisa lagi dan ritual tersebut
berhasil dijalankan. Beberapa hari kemudian, akhirnya aku tidak takut
lagi dan tidak ada masalah sama sekali dengan kamar kost tersebut. Dan
jadinya tidak perlu lagi berpindah tempat kost apalagi berpisah dengan
sahabatku, Helena.
0 Response to "Kamar Nomor 13 Part II"
Post a Comment