Pada suatu hari ditepi hutan yang subur ada tiga ekor Sapi, mereka
adalah Sapi betina, Sapi jantan dan anak mereka seekor Sapi yang baru
beranjak remaja.
Tampak pemandangan tepi hutan yang indah dan rumput yang hijau tumbuh
subur membuat mereka gembira. Terlihat anak Sapi berlarian kesana
kemari.
"Bu saya mau jalan ke tepi sungai"
"Boleh tapi jangan jauh-jauh ya!" jawab Ibu Sapi
"Iya Bu . . !"
Sapi muda itu pun berjalan pergi ketepi sungai, ia melihat banyak hewan-hewan kecil di sekitar sungai. Hatinya senang saat melihat katak berloncatan kian kemari.
Tak terasa ia pun sudah jauh meninggalkan tempat kedua orang tuanya.
"Toolooong . . .!" tiba-tiba si Sapi muda mendengar suara merintih minta tolong. Aih, ternyata didepan sana ada seekor Buaya sedang tertindih batang pohon yang patah.
"Tolong, tolong lah aku . . ." rintih si Buaya dengan suara sangat memelas.
"Kau ini kenapa Buaya" tanya Sapi sambil mendekat
"Aduh Sapi yang baik, sudah dua hari aku tertindih kayu besar ini"
"Siapakah yang menindihmu dengan batang kayu besar ini Buaya" Tanya Sapi lagi.
"gara-gara gempa bumi dua hari yang lalu. dan sekarang tolong lah aku Sapi yang baik" Jawab si Buaya
"Ah, aku rasa aku tidak akan bisa menolong mu" Kata Sapi
"Lho, kenapa? kau pasti kuat mendorong kayu yang menindihku ini."
"Kuat sih kuat Buaya, tapi. . . . .!!"
"Tapi kenapa Sapi?"
Anak Sapi itu teringat pesan-pesan dari ibunya bahwa bangsa Buaya tidak
bisa dipercaya, mereka mempunyai sifat licik sekali dan suka makan
daging hewan lainnya.
"Tidak Buaya, aku ingat pesan Ibuku dan aku tidak mau menolong mu Buaya"
Kata Sapi."Kalau kau ku tolong nanti jangan-jangan kau akan memangsaku
Buaya. ."
"Jangan kuatir Sapi, aku tidak akan melukai mu."
"Tidak Buaya . .! Aku tidak bisa mempercayaimu."
"Oh, Sapi yang baik. Apakah kau tidak kasihan kepadaku, sudah dua hari
aku tersiksa begini, tak bisa makan tak bisa minum, dan dada aku pun
terasa sangat sesak Sapi" rayu si Buaya.
"Tapi kau binatang jahat Buaya"
"Oh Sapi yang baik, itu kan dulu. Dan setelah tertindih kayu begini
sekarang aku sadar bahwa aku memerlukan hewan lain, maka sekarang ini
aku sudah bertobat, tolonglah aku Sapi, huk..huk..huk. . ." Rayu Buaya
sambil mengeluarkan air mata.
Sapi muda itu pun mulai terpengaruh oleh rayuan Buaya, dan lama-lama Sapi pun merasa kasihan juga terhadap Buaya.
"Baiklah Buaya, aku akan menolongmu, tapi kau harus janji Buaya, nanti
setelah aku tolong kau jangan memakan atau mencelakakan aku Buaya"
"Iya aku janji Sapi, percayalah" jawab Buaya.
Lalu Sapi muda pun berusaha menolong Buaya dengan mendorong kayu sekuat
tenaga, dan akhirnya plong! Buaya terlepas dari tindihan batang kayu.
Tapi....astaga! begitu Buaya sudah bebas dan terlepas dari tindihan kayu
Buaya itu langsung meloncat ke punggung Sapi dan menerkam punuk si
Sapi.
"Aduuhh..!" pekik Sapi kesakitan. "kenapa kau menggigit punukku Buaya?"
"Lho, aku kan sudah minta tolong kepadamu Sapi, bahwa aku tertindih kayu
selama dua hari, tidak makan dan tidak minum. Sekarang kau harus
menolongku agar aku bebas dari rasa haus dan lapar." kata si Buaya.
"Dengan memakan dagingku?" tukas Sapi.
"Betul Sapi, sekaligus meminum darahmu."
"Dasar Buaya licik, tidak tahu balas budi!"
"Sudahlah Sapi muda yang bodoh!" sergah Buaya."kau terima saja nasibmu."
"Tidak Buaya, ini tidak adil" teriak Sapi.
"Lho, ini sudah hukum rimba Sapi, Siapa yang kuat dialah yang menang"
"Tidak Buaya, aku tidak bisa terima." tukas Sapi.
"Kau bisa bertanya pada makhluk yang lain, boleh hewan ataupun benda apa saja, pasti mereka akan membenarkanku" Sahut Buaya.
"Ya, aku akan meminta keadilan pada yang lain" kata Sapi.
Datang pertolongan kancil ditunjuk sebagai hakim
Dan kebetulan saat itu ada tikar lapuk hanyut di sungai. Sapi
menceritakan kejadian yang menimpanya dan meminta pendapat tikar lapuk.
Apa jawabannya?
"Itu sudah benar, terimalah nasibmu. Aku juga mengalaminya, ketika aku
masih dalam keadaan baru aku di pakai, jika aku kotor aku dibersihkan
tapi setelah ku lapuk dan banyak yang bolong aku dibuang begitu saja
kesungai" jawab Tikar lapuk.
"Nah, benarkan kataku Sapi" sahut Buaya.
"Tidak, nah itu ada keranjang hanyut." protes Sapi. Tapi ketika keranjang itu di tanya jawabannya persis seperti tikar
"ketika masih baru da masih utuh aku dipakai, kini setelah rusak aku dibuang begitu saja kesungai"
"Nah, benar'kan?" sahut Buaya.
Tiba-tiba ada seekor bebek betina tua berenang, Sapi dan Buaya pun meminta pendapat bebek.
"Kukira Buaya benar, sebab manusia juga kejam, ketika aku masih muda dan
bisa bertelur aku dipelihara, sekarang ketika aku mau disembelih,
untungnya aku bisa melarikan diri, jadi tirulah perbuatan manusia,
mereka mau enaknya sendiri"
"Hohoho... kau mau mengadu kemana lagi Sapi."
Saat itu kebetulan kancil lewat didepan Buaya dan Sapi. Kali ini Buaya
yang meminta pendapat kancil. Buaya juga yakin kalau kancil juga akan
membenarkan pendiriannya.
"Kalau aku diminta menjadi hakim, aku harus tahu awal kejadiannya." kata
kancil."Apakah kalian keberatan jika mengulang awal kejadian yang
kalian alamai?"
"Tidak! aku tidak keberatan." sahut Buaya.
Maka dilakukanlah pengulangan itu. Buaya kembali ketempatnya semula dan
Sapi mengembalikan kayu yang semula menindih Buaya kepunggung Buaya.
"Benarkah kejadiannya seperti ini?" tanya kancil
"Benar!" jawab Sapi dan Buaya bersamaan
"lalu Buaya memanggilku agar aku mau menolongnya" sahut Sapi
Kancil mendekati Sapi dan berbisik kepada Sapi "Ayo Sapi kita tinggalkan saja Buaya jahat ini. Tidak usah kau tolong"
Sapi baru sadar inilah kesempatan baginya lolos dari bahaya maut. Tanpa
basa basi lagi Sapi mengikuti arah lari kancil yang sudah meloncat lri
lebih dulu.
"Hei..... tunggu.... ! Jangan pergi dulu.... !" teriak Buaya. Tapi Sapi dan kancil tidak menghiraukannya.
0 Response to "Kancil Si Hakim Yang Cerdik.."
Post a Comment