Hay, kali ini sahabatku Dinda ingin
bercerita disini. Namaku adalah Dinda Syahputri dan satu lagi, aku
mempunyai sahabat yang bernama Helena Jasmine. Kita berdua ini dulu
memang satu sekolah apalagi kita juga sahabat dan sekarang kita berdua
sudah lulus tapi, kita berdua pun juga mendaftar di Universitas yang
sama dan kita berdua pun juga diterima di Universitas yang sama.
Dari
Jakarta menuju ke Yogyakarta, dimana aku bersama Helena pindah ke
Yogyakarta karena kita berdua juga kuliah di Universitas yang sama. Dan
kita berdua juga berangkat melalui kereta api. Setelah kita berdua
sampai di Yogyakarta, aku dan Helena sedang mencari sebuah kost yang
lokasinya tidak jauh dengan kampus.
“Helena, kalau soal kamar kostnya dimana ya?” tanyaku.
“Begini saja, letak kostnya didekat kampus ya?” jawab Helena.
“Boleh juga tuh kalau kost letaknya didekat kampus”.
“Begini saja, letak kostnya didekat kampus ya?” jawab Helena.
“Boleh juga tuh kalau kost letaknya didekat kampus”.
Lalu,
aku dan Helena pergi untuk mencari kamar kostnya. Saat kami berdua
menemukan tempat kost, namun aku dan Helena sedang merebut kamar kostnya
karena biaya sewa kamar kostnya pun berbeda-beda. Kost nomor 13 lebih
murah dari pada kost nomor 10, akan tetapi Helena menyerah dan aku
mendapatkan kost yang bernomorkan 13. Saat aku baru memasuki kamar kost
tersebut, aku baru saja sedang melihat kamar kostnya tersebut.
“*Hmm
kamar kostnya sepertinya sudah yang aku harapkan sebelumnya, tapi aku
mau tidur ah kebetulan aku ini sudah cape”. Lalu aku sudah tertidur
dengan pulas. Setelah aku terbangun dari tidur, aku pun mendengar
ketukan pintu dari seseorang dari depan dan ternyata itu adalah penjaga
sekaligus pemilik kost tersebut. Sebut saja namanya adalah Sueb dan
sudah 25 tahun, dia adalah pemilik kost tersebut.
“Assalamualaikum” pak Sueb mengucapkan salamnya.
“Waalaikumsalam, ada apa ya pak Sueb?” aku pun membuka pintunya lalu aku juga menjawab salamnya.
“Sebentar dulu ya nak”.
“Waalaikumsalam, ada apa ya pak Sueb?” aku pun membuka pintunya lalu aku juga menjawab salamnya.
“Sebentar dulu ya nak”.
(Aku pun kaget melihat apa yang dibawa pak Sueb).
“Eh, bapak ini mau naruh apa ya pak?”.
“Sudah-sudah kamu lihat saja nanti, kalau mau tanya soal itu bisa dibicarakan nanti kok”.
“Sudah-sudah kamu lihat saja nanti, kalau mau tanya soal itu bisa dibicarakan nanti kok”.
Lalu
pak Sueb pergi begitu saja dan setelah itu, apa yang aku lihat, rupanya
hanyalah semacam suguhan yang bagi aku ini cukup aneh sekali melihat
seperti ini, tapi kenapa ya pak Sueb meletakkan semacam itu ya? Tetapi
aku pun baru saja melihat hal seperti ini dan aku mengabaikan hal-hal
seperti ini. Aku pun membiarkannya. Bersambung ke kamar nomor 13 part 2.
0 Response to "Kamar Nomor 13"
Post a Comment