Aku terbangun terengah-engah dari sebuah
mimpi buruk, tetapi aku tidak ingat apa itu yang aku ingat hanya sebuah
tulisan “sudah aku bilang, kau yang terakhir”. Aku menepis perasaan
yang mengganggu itu dan aku melihat jam, saat itu menunjukan 2 pagi. Aku
tidak pernah takut akan gelap tapi ada sesuatu yang tidak beres malam
ini. Aku merasa seseorang sedang mengawasiku. Aku tinggal disebuah rumah
berlantai dua dengan banyak cermin. Ayahku mengaturnya sehingga jika
kamu berdiri di titik-titik tertentu, kamu tidak dapat dilihat tetapi
kamu dapat melihat seluruh ruangan.
Aku
memiliki pendengaran yang tajam. Sebagai contoh, aku bisa mendengar
kucingku melompat dari sofa diruang tamu sementara aku dikamarku
dilantai dua. Aku memiliki semacam naluri tertentu yang dapat berbeda
dengan manusia pada umumnya ketika terjadi hal hal yang tidak beres. Aku
punya perasaan itu sekarang. Telepon mulai berdering. Dan tanpa
berpikir panjang aku bangkit untuk menjawabnya. Saat aku mengambilnya
semua yang aku dengar adalah suara nafas pada ritme yang sama denganku.
Aku menutup telepon.
Tiba-tiba semua
lampu padam. Aku berani sumpah saat aku meninggalkan lampu pada ruangan
itu menyala. Dan kemudian aku turun untuk menyalakan lampu. Aku
menemukan keanehan, ternyata pintu belakang terbuka lebar dan begitu
juga dengan mataku, seseorang telah memasuki rumah ini. Begitu pikirku.
Aku melompati furniture untuk menghindari jalan biasa dan menutupnya
dengan cepat.
Ruangan itu gelap
gulita sehingga aku menyesuaikan telingaku dengan keadaaan sekitar. Aku
meraba-raba dinding untuk membimbing diriku kedapur. Aku ambil pisau
terbesar dari wastafel dan bersiap-siap untuk menyerang. Sambil berusaha
untuk mengendalikan rasa, ketakutan yang aku miliki. Aku kemudian
mendengar tetesan air berasal dari wastafel. Aku meregangkan tangan
untuk mencapai dan mematikan kran, ternyata kran itu sudah rapat
tertutup. Aku mencari-cari tombol lampu dan menyalakannya. Aku sangat
terkejut saat lampu menyala dan melihat suara tetesan apa itu.
Itu
adalah kucingku yang digantung oleh lilitan tali di atas wastafel,
dipotong dalam garis lurus dari leher kebawah. Darah telah mengisi
wastafel penuh dan tetesan yang kudengar tadi adalah darah yang menetes
dari ekornya. Tanganku mendapatkan sesuatu, sebuah pisau berlumuran
darah yang mungkin digunakan siapapun yang telah membunuh kucingku.
Ada
sesuatu yang ditulis di meja dalam darah kucingku. “Rasakan dengan
telingamu, bukan dengan matamu atau kamu benar-benar akan terkejut”. Aku
berusaha menyesuaikan telingaku untuk mendengar suara apapun saat itu.
Sebuah dentuman keras datang dari pintu belakang aku langsung melompat
dan menabrak lemari es. Dentuman terus terjadi tetapi tumbuh lebih
tenang dan lebih tenang sampai itu tidak terdengar lagi.
Aku
meraba disepanjang dinding untuk menuju pintu lemari, aku membukanya
dan mengambil pemukul bisbol. Aku berjalan dengan alat itu didepanku
kepintu belakang. Saat aku membukanya aku melihat suatu hal yang tidak
dapat kupercaya, aku berteriak keras. Ayahku tergantung dengan kabel
internet yang terikat dilehernya. Kabel itu terhubung dari suatu tempat
dikamarnya dan dia berada diluar jendela. Saat dia berputar aku melihat
catatan lain yang dipakukan di jantungnya.
Bunyinya,
“salah satu dirumah ini tewas, tinggal dua lagi dan kau akan menikmati
pertunjukan”. Aku kemudian mendengar suara tawa jahat bernada tinggi
dari segala arah. Aku kembali meregangkan telingaku untuk mendengar
langkah kaki dari lantai atas yang sedang melangkah cepat tetapi lemah,
seperti melangkah dengan berjinjit. Aku mengabaikannya dan pergi untuk
memeriksa kotak sirkuit. Ketika aku membukanya ada catatan “lampu mati
untuk alasan tertentu silahkan menghidupkannya, tetapi kamu akan melihat
pemandangan yang membuatmu bertekuk lutut”.
Aku
merobek catatan dan membalik saklar. Dan menemukan catatan lain “saya
memperingatkan kamu”. Aku tidak menghiraukan hal itu dan berjalan
kembali melalui pintu belakang dan langsung menyalakan lampu. Aku
terjatuh diantara kedua lututku melihat sebuah kengerian yang tak pernah
kulihat sebelumnya, pemandangan yang sangat menyeramkan. Sepuluh orang
yang aku bahkan tidak tahu siapa mereka digantung dengan cara yang
berbeda diseluruh ruangan.
Beberapa
bahkan diikat oleh rambut mereka sendiri. Semua mata mereka telah
melotot keluar dan mulut mereka menganga. Darah berwarna pekat keluar
dari mata yang hampir lepas itu dan dari mulut mereka. Semuanya
tergantung sekitar satu kaki di atasku. Aku menangis. dan bertekad untuk
menghancurkan orang gila ini. Saat aku berjalan kearah tangga, sambil
menatap semua mayat-mayat itu, aku mendengar suara seperti sesuatu yang
dijatuhkan menuruni tangga.
Aku
melihat apa yang dijatuhkan, itu adalah sebuah lengan yang tertutup
darah. Aku mendengar suara lagi, kali ini kaki. Kemudian lengan, dan
kaki lagi, dan akhirnya kepala! Itu ibuku! Aku mundur ke salah satu
sudut dan menatap cermin. Semua cermin diblokir oleh mayat-mayat dan
mereka semua berbalik kearahku. Aku menangis dan menangis. Aku duduk
dalam sudut cermin yang membuatku dapat melihat ke semua sudut dan
kemudian aku mendongak keatas dan melihat apa yang menyebabkan hal ini
terjadi. Aku menatap cermin itu dan hanya dapat melihat seorang pria
yang menyebabkan hal ini.
Aku sangat
terkejut ketika melihat siapa itu. Di cermin aku melihat diriku sendiri
yang diselimuti oleh darah sambil menggenggam sebuah pisau besar yang
juga penuh dengan darah, astaga akulah yang membunuh mereka semua.
Kemudian aku melihat sosok diriku dalam cermin berkata, “sudah aku
bilang, kau yang terakhir” kemudian aku menggorok leherku sendiri sambil
tersenyum.
0 Response to "Kau Yang Terakhir"
Post a Comment