Dahulu kala ada seorang tukang masak. Dia cukup cerdas tapi kurang
memiliki tanggung jawab. Ketika dia keluar rumah menghirup udara bebas,
dia merasa sangat senang dan merasa fikirannya sangat tenang. Dan ketika
dia kembali ke rumahnya, dia akan menyempatkan waktunya untuk meneguk
segelas anggur terbaik tanpa sepengetahuan majikannya untuk membangkitkan
semangatnya. Ketika nafsu makannya meninggi, maka dia akan memakan
masakan terbaik yang dapat di masaknya. "Seorang tukang masak harus tahu
mencicipi apapun". Katanya
pada
suatu hari, tuannya berpesan kepadanya "Aku sedang menunggu kedatangan
tamu pada malam ini, kamu harus menyiapkan sepasang masakan ayam yang
lezat".
"Baik
tuan" jawab Tukang masak itu. Kemudian diapun memotong ayam,
membersihkannya lalu mencabuti bulunya. Dan ketika menjelang malam, dia
memanggang ayam tersebut di api hingga matang. Tapi sampai ayam tersebut
mulai berwarna coklat dan hampir selesai dipanggang, ternyata tamu yang
di tunggu-tunggu tersebut belum juga datang.
"Jika
tamu yang kita tunggu tak datang juga, maka saya harus mengeluarkan
ayam ini dari api tuan, dan memakannya selagi masih hangat. Karena sayang
jika sampai gosong atau di biarkan dingin, maka masakan saya akan
sia-sia karena rasanya telah berubah”. Kata tukang masak itu kepada
tuannya.
“Baiklah kalau begitu, kamu tunggu di sini sebentar. Aku akan coba menjemput tamu ku”. Kata tuanya.
karena terlalu lama berdiri di dekat tungku api, membuat tukang masak itu menjadi panas dan merasa kehausan. Lalu diapun pergi turun ke tempat penyimpanan untuk mengambil anggur. Dia mengambil seteguk anggur dengan gelas besar untuk memuaskan dahaganya. Tapi sebagaimana kebiasaannya, setiap habis minum anggur nafsu makannya akan meningkat. Dan itu adalah kesalahan yang cukup fatal kali ini..
Dia
kembali ke atas dan melihat ayam yang dia panggang. Di olesinya dengan
mentega dan di bolak-baliknya di atas tungku api. Aroma yang menyengat
semakin membangkitkan seleranya. Sehingga hatinya tergelitik untuk
mencoba.
“Aku harus tahu, apakah rasanya juga seenak baunya”. Gumamnya.
Lalu
dia pun mencolekan jarinya, dan menjilatnya. Rasanya memang enak
sekali. Kemudian dia melihat sayap ayam sebelah kiri telah mulai hangus,
maka dia pun berniat untuk mengambilnya.
“Wah..
sayang apa bila sampai hangus dan tak bisa di makan. Lebih baik aku
makan saja”. Katanya. Tukang masak itupun memakan sayap ayam itu dengan
lahap. Tapi ternyata tak sampai di situ saja. Nafsu makanya semakin
meninggi.
“Wah.. masak yang satunya di biarkan saja? Hmm.. lebih baik ku makan juga biar adil”. Katanya.
“Wah.. masak yang satunya di biarkan saja? Hmm.. lebih baik ku makan juga biar adil”. Katanya.
Dia
lalu memakan sayap ayam yang satunya lagi. Setelah ke dua sayap ayam
itu habis, dia menengok ke jendela. Tuannya belum ada tanda-tanda datang.
Tukang masak itu termenung sebentar.
“Mungkinkah
tuan ku tak pulang juga? Atau mungkin mereka datang besok dan tuan ku
menunggunya di penginapan? Sayang semua makanan yang sudah ku masak ini.
Dari pada sia-sia, lebih baik ku makan saja ayam yang tadi..”. katanya
sambil mengambil ayam yang sudah tak ada sayapnya.
Di
makannya dengan lahap, rasanya sungguh nikmat di temani segelas anggur
kesukaannya. Setelah semua habis, dia kembali menengok ke jendela.
“Belum datang juga? Hmm.. mungkin memang benar mereka tak akan pulang malam ini. Sayang masih ada sisa satu ayam jika di sia-sia kan. Lebih baik aku makan sekalian dari pada terbuang percuma”. Kata tukang masak itu sambil kembali memakan ayam yang satunya dengan lahap. Tapi ketika dia sudah hampir selesai makan, tiba-tiba dia mendengar sura tuannya berteriak dari luar.
“hai..!
tamunya sudah datang. Siapkan masakan mu. Aku akan mengasah pisau untuk
mengiris ayam panggang itu. Nanti jika tamu itu mengetuk pintu,
bukakan pintu untuknya”. Kata tuanya.
“Baik tuan”. Jawab tukang masak itu.
Ketika
sang majikan sedang asik mengasah pisau makan di meja, tamu yang di
tunggu-tunggu datang mengetuk pintu. Si tukang masak datang untuk
membukakan pintu tersebut.
“Sssssttttt...!!
Sebaiknya kamu cepat pergi dari sini, kalau tidak kamu nanti bisa
celaka. Kamu tahu kenapa tuan ku menyuruh mu ke sini? Dia menginginkan
telinga mu. Dengarlah, dia di belakang sudah bersiap-siap mengasah
pisaunya”. Kata tukang masak itu sambil berbisik. Tamu itu pun
mendengarkan, dan benar.. dia mendengar suara si majikan yang sedang
mengasah pisau. Dan tamu itu pun lari terbirit-birit karena mengira apa
yang di katakan tukang masak itu benar.
Lalu tukang masak itu pergi menghadap tuannya dan berkata” Tuan, tamu tuan telah pergi membawa sesuatu dari rumah ini”. Katanya.
“Apa maksud mu? Apa yang dia bawa?”. Tanya tuannya.
“Dia membawa dua buah ayam panggang yang telah saya masak tuan..”. Jawab tukang masak itu.
“Sungguh
perbuatan yang tidak sopan.. apakah dia tidak menyisakan satu untuk ku?
Aku akan coba mengejarnya dan meminta satu ayam, karena aku juga sangat
lapar..”. kata tuannya sambil langsung berlari keluar.
Tapi
secara tak sadar, pisau yang di asahnya masih terbawa di tangannya.
Majikan itu berlari sambil berteriak-teriak.. “Hai.. aku hanya minta
satu.. aku hanya ingin satu saja.. berhenti.. !”. teriaknya.
Tapi
si tamu malah berlari semakin kencang, karena dia mengira.. si majikan
menginginkan satu telinganya. Padahal yang si majikan maksud adalah satu
ayam yang di kira tamu itu bawa. Dan si tukang masak hanya bisa tertawa
puas melihat tipu muslihatnya berhasil.
Hikmah
yang dapat kita petik adalah, jangan mudah percaya pada sesuatu hal
sebelum kamu tahu sendiri kebenarannya. Karena belum tentu apa yang kamu
lihat dan apa yang kamu dengar itu kenyataan yang sebenarnya. dan
kecerdasan yang di miliki, seharusnya di gunakan untuk hal-hal baik yang
berguna bagi orang lain. Dan bukan untuk ke untungan diri sendiri..
0 Response to "Tukang masak yang licik"
Post a Comment