Ruangan ini, mengapa harus ruangan ini lagi. ruangan yang membuat hidupku tiba-tiba berubah begini. Jika harus diasingkan mengapa harus diruangan ini. Tepat seminggu lalu saat keluargaku sedang asik-asiknya membereskan barang-barang dirumah baru ini, aku malah asik bermain dengan kucing kesayanganku. Dia sungguh *lasak dan tak mau diam. Terus berlari dan menaiki satu persatu anak tangga yang ada dirumahku.
Anak tangga itulah yang akan membawa siapapun masuk kedalam ruangan itu, ruangan yang sangat tersisihkan dan kelam itu. “*Puss, jangan masuk kesitu” aku sudah melarang kucingku untuk tidak masuk kedalam sana, tapi dia sungguh nakal dan tak mau diberitahu, dia tak mengindahkan perintahku, sang majikannya. Kebetulan sekali pintu itu terbuka, dia masuk. Aku mengejarnya, tapi langkahku terhenti saat aku melihat dengan kedua mataku yang masih normal ini sesosok makhluk aneh yang bentuknya sangat absurd tapi yang jelas warna dominan hitam.
Makhluk itu sedang memegang kucingku yang malang, dia sudah tewas ditangan makhluk itu, lihat saja mulut berbulunya berlumuran darah, tubuh kucingku sudah tercabik-cabik tak karuan. Sejenak aku berpikir ini mimpi. Tapi tidak, ini nyata. Aku hanya terdiam membelalakan kedua mataku, rasanya ternggorokanku ini sedang tersumbat sehingga tak ada suara yang berhasil keluar dari mulutku, aku seperti bisu sesaat.
Makhluk itu menghilang entah kemana, saat kami bertatap mata. Ya, aku melihat matanya yang merah dan wajahnya yang sangat menjijikkan itu. Pagi ini, diruangan yang sangat aku hindari ini, lagi-lagi aku diasingkan. Entah mengapa semenjak kejadian itu tiba-tiba aku seperti orang sawan, tubuhku menggelegar dan aku pasti akan merusak benda apa saja yang kulihat.
Maka dari itu, jalan terbaiknya agar barang-barang dirumahku yang masih utuh tak ikut jadi korban atas tindakanku yang tak masuk akal ini, aku diasingkan. Di ruangan ini. Entah apa penyebabnya, dokter profesional pun tak bisa meramalkannya. Banyak yang menyarankan keluargaku untuk bertanya pada paranormal, tapi itu tadi, keluargaku tak percaya pada paranormal dan aku juga.
Anak tangga itulah yang akan membawa siapapun masuk kedalam ruangan itu, ruangan yang sangat tersisihkan dan kelam itu. “*Puss, jangan masuk kesitu” aku sudah melarang kucingku untuk tidak masuk kedalam sana, tapi dia sungguh nakal dan tak mau diberitahu, dia tak mengindahkan perintahku, sang majikannya. Kebetulan sekali pintu itu terbuka, dia masuk. Aku mengejarnya, tapi langkahku terhenti saat aku melihat dengan kedua mataku yang masih normal ini sesosok makhluk aneh yang bentuknya sangat absurd tapi yang jelas warna dominan hitam.
Makhluk itu sedang memegang kucingku yang malang, dia sudah tewas ditangan makhluk itu, lihat saja mulut berbulunya berlumuran darah, tubuh kucingku sudah tercabik-cabik tak karuan. Sejenak aku berpikir ini mimpi. Tapi tidak, ini nyata. Aku hanya terdiam membelalakan kedua mataku, rasanya ternggorokanku ini sedang tersumbat sehingga tak ada suara yang berhasil keluar dari mulutku, aku seperti bisu sesaat.
Makhluk itu menghilang entah kemana, saat kami bertatap mata. Ya, aku melihat matanya yang merah dan wajahnya yang sangat menjijikkan itu. Pagi ini, diruangan yang sangat aku hindari ini, lagi-lagi aku diasingkan. Entah mengapa semenjak kejadian itu tiba-tiba aku seperti orang sawan, tubuhku menggelegar dan aku pasti akan merusak benda apa saja yang kulihat.
Maka dari itu, jalan terbaiknya agar barang-barang dirumahku yang masih utuh tak ikut jadi korban atas tindakanku yang tak masuk akal ini, aku diasingkan. Di ruangan ini. Entah apa penyebabnya, dokter profesional pun tak bisa meramalkannya. Banyak yang menyarankan keluargaku untuk bertanya pada paranormal, tapi itu tadi, keluargaku tak percaya pada paranormal dan aku juga.
Bukan tak mau menceritakan apa yang aku
alami seminggu lalu pada keluargaku, aku sudah capek mengoceh pada
mereka tapi tak ada satu pun yang percaya. Atas hilangnya kucingku,
mereka anggap bahwa kucingku hanya sedang berada disuatu tempat untuk
beradaptasi dengan lingkungan barunya. *Yap, kucingku bukan mati, tapi
menghilang. Tak ada bangkainya yang tersisa, itulah salah satu alasannya
mengapa keluargaku tak percaya.
Ini
gila, benar-benar gila. Aku semakin bingung dengan diriku, semakin lama
semakin tak terarah, seperti ada sesuatu yang mengontrol tubuhku untuk
merusak apapun yang kulihat dan sekarang kumatnya bukan pada pagi hari
saja, tapi malam juga. Hari ini aku memutuskan untuk mencari jawabannya
pada temanku yang punya indra keenam, aku baru terpikir sekarang untuk
menemuinya, aku merasa mungkin saja ada yang merasukiku.
“Schawdanskey, *yap aku yakin itu”.
“Maksudmu, memang benar ada yang mengikutiku?”.
“*Yap dia adalah makhluk aneh, makhluk dunia lain yang senang bermain-main didunia manusia”.
“Aku tak mengerti mengapa dia mengikutiku?”.
“Maksudmu, memang benar ada yang mengikutiku?”.
“*Yap dia adalah makhluk aneh, makhluk dunia lain yang senang bermain-main didunia manusia”.
“Aku tak mengerti mengapa dia mengikutiku?”.
“Dia
menginginkanmu” kata isabel tetangga lamaku, dia terkenal bisa
melihat-lihat dan punya indra keenam, juga sangat menekuni dunia mistis.
“Aku?” tanyaku kebingungan.
“Aku?” tanyaku kebingungan.
“Menurut
buku yang pernah kubaca. Makhluk ini akan mengikuti siapapun yang
menatap matanya, biasanya selama satu bulan jika sudah tepat dan dia
suka, maka dia akan mengambil tubuh orang itu. Membuat sang empunya
hilang kesadaran bahkan hidup tapi mati” katanya sambil sedikit
menghororkan suaranya.
“Hidup tapi mati?”.
“Ya, semua orang melihatmu hidup, tapi sebenarnya kau mati! Arwahmu entah berada dimana”.
“Jadi, yang ada ditubuhku, makhluk itu?”.
“Ya, semua orang melihatmu hidup, tapi sebenarnya kau mati! Arwahmu entah berada dimana”.
“Jadi, yang ada ditubuhku, makhluk itu?”.
“Tepat sekali, tapi kau jangan khawatir dia tak akan mengambil tubuhmu. kau tak pernah melihatnya kan?” tanya isabel.
“Makhluk itu? *Ehm bagaimana wajahnya?” tanyaku.
“*Ehm, sebentar aku ada fotonya” Isabel menunjukkan gambar dari makhluk aneh itu.
“Makhluk itu? *Ehm bagaimana wajahnya?” tanyaku.
“*Ehm, sebentar aku ada fotonya” Isabel menunjukkan gambar dari makhluk aneh itu.
“Astaga, aku pernah melihatnya, waktu itu” aku menceritakan panjang lebar tentang yang aku alami.
“Memang, dia makhluk yang jahat dan sangat misterius” kata isabel.
“Aku bagaimana?”.
“Memang, dia makhluk yang jahat dan sangat misterius” kata isabel.
“Aku bagaimana?”.
“Dua minggu lalu, masih ada dua minggu lagi untukmu sebelum dia mengambil tubuhmu”.
“Terus?”.
“Ehm, sebentar” isabel mulai memainkan komputernya.
“Lihat”.
“Terus?”.
“Ehm, sebentar” isabel mulai memainkan komputernya.
“Lihat”.
Akupun mulai membaca artikel tentang bagaimana cara terbebas dari makhluk itu.
“Jika
sudah sampai waktunya, kau harus mempersiapkan diri. Jangan tidur. Ya,
karena disaat itu dia akan masuk kedalam tubuhmu, disaat semua anggota
tubuhmu rileks dia akan bebas keluar masuk. Maka dari itu jangan tidur,
jika kau tidur maka ketika matamu terbuka, jiwamu sudah tak bersatu
dengan tubuhmu lagi. Di sarankan tiga hari sebelum waktunya tiba. Jangan
tidur” aku dengan serius membaca artikel itu.
“Hanya satu syaratnya jangan tidur. Kau bisa?” tanya isabel.
“Bisa” jawabku lantang.
“Bisa” jawabku lantang.
Hari-hari
kujalani seperti biasanya, pagi dan malam aku akan diasingkan keruangan
ini. Aku takut, sebentar lagi genap sebulan. Aku tak memberitahu satu
pun anggota keluarku, karena aku tahu mereka pasti tak kan percaya. Tiga
hari sebelum genap sebulan, aku sudah banyak membeli apapun yang bisa
membantu untuk tak tertidur. Aku takut, ditambah lagi semalam orang
tuaku pergi dan jadilah aku dirumah sendiri.
Aku
merasa semakin ada yang mendekatiku dan menyesakkan dadaku, ini hari
tepat sebulan dan aku terus memelekan mataku. Belum istirahat semenit
pun. Malam tiba, keadaan malam ini begitu mencekam rasaku. Aku memutar
lagu rock sekuat mungkin dengan menggunakan earphone.
“*Argh tolong jangan, jangan aku masih ingin hidup jangan, *argh” makhluk itu semakin dekat.
Apa
yang harus aku lakukan, aku tak bisa bergerak, kakiku terasa sangat
berat, dia semakin dan akhirnya berhasil memegang tanganku dan aku
membuka mata, putih. Hanya warna putih yang bisa kulihat. Di mana aku
ini, jangan-jangan aku sudah berada di surga.
“Ibu?” aku terkejut, sekaligus bersyukur karena aku masih hidup dan masih bisa melihat dunia terutama ibuku.
“Apa yang kau lakukan? Sehingga tidak tidur selama beberapa hari ini?” tanya ibu.
“Eh, aku, aku”.
“Apa yang kau lakukan? Sehingga tidak tidur selama beberapa hari ini?” tanya ibu.
“Eh, aku, aku”.
“Sudahlah jangan kau
ulangi lagi” kata ibu, kemudian meninggalkanku sendiri diruangan ini.
Aku bersyukur, makhluk itu tak mengambil tubuhku dan membiarkan rohku
berkeliaran dimuka bumi ini, aku tak tahu mengapa. Tapi yang pasti
makhluk itu telah meninggalkan bekas yang mungkin agak lama hilangnya
dipergelangan tangan kiriku ini.
0 Response to "Ruangan Misterius"
Post a Comment