Orang-orang tua jawa mengatakan bahwa berdiri di depan pintu seperti itu
sangat tidak baik karena bisa menghalang-halangi rejeki yang mau masuk
ke rumah. Rejeki dari luar rumah yang hendak masuk kedalam rumah melalui
pintu tersebut terhalang oleh yang orang berdiri di pintu. Jadi dalam
tradisi jawa, orang tidak boleh berdiri di depan pintu. Jika ingin
berdiri di dekat pintu, mereka tidak boleh tepat di pintu, tetapi harus
keluar sedikit atau masuk ke rumah sedikit sekalian agar tidak berdiri
tepat di pintu.
Selain itu pada senja hari orang jawa
juga tidak boleh berdiri di depan pintu, mereka harus menjauh sedikit
dari pintu. Alasannya adalah, karena arwah para leluhur kita tidak bisa
masuk ke dalam rumah karena terhalang oleh orang yang berdiri di pintu.
Dalam kepercayaan jawa, pada setiap senja hingga petang hari para arwah
leluhur kita ingin masuk ke rumah untuk menengok anak cucu.
Jika
ada orang berdiri di dekat pintu, para leluhur akan mengira bahwa
dirinya tidak diijinkan masuk ke dalam rumah oleh anak cucunya sendiri.
Terlebih lagi pada malam jumat, semua arwah leluhur berdatangan ingin
masuk rumah untuk menengok anak cucu. Pada malam jumat senja hari tidak
boleh ada orang berdiri di depan pintu.
Orang-orang
jawa tempo dulu biasanya memasang “sandingan” atau sesaji berupa
makanan kesukaan para leluhur ketika mereka masih hidup di dunia.
Orang-orang jawa kuno memiliki kepercayaan bahwa para arwah leluhur
masih memiliki peranan dalam kehidupan mereka di dunia. Para leluhur
dipercaya memiliki keterkaitan erat dalam kehidupan manusia.
Namun
di kalangan orang-orang jawa sekarang, kepercayaan itu sudah mulai
pupus. Orang berdiri di depan pintu dilarang karena menghalang-halangi
orang yang mau lewat. Pintu adalah tempat orang keluar masuk rumah,
bukan tempat untuk berdiri.
0 Response to "Menghalangi Pintu"
Post a Comment