Namaku Angie, aku duduk
di kelas 5 SD aku baru pindah di Surabaya karena orang tuaku ada masalah
dalam bisnisnya. Aku tinggal di rumah elit yang cukup besar. Tapi aku
merasa bahwa rumah ini rumah tua yang baru ini aku tinggali, dan paling
seramnya aku tidur di kamar paling pojok dekat gudang yang kotor. Lalu
ibu memanggilku “Angie ayo turun!” Aku pun bergegas turun, sesampainya
ku jumpai ibu.
Aku berkata “ada apa Bu?” lalu ibu bilang “tolong kamu bersihkan
gudangnya, jika kamu sudah membersihkan kamarmu”. Walaupun aku belum
membersihkan kamarku, aku langsung menjawab “ya, bu” karena aku tak
ingin ibu sedih, tanpa berpikir panjang aku naik tangga dan membersihkan
gudang yang sangat gelap dan kotor. Aku berusaha menyalakan lampu tapi
tidak mau menyala.
Untunglah ada senter di dekat meja yang biasa ku buat untuk membersihkan gudang. Di depanku ada kursi tua yang ada ikatan tali tua nya mau putus, aku memotong talinya yang kupikir tidak berguna lagi dan aneh na setelah tali itu berhasil aku gunting, pintu gudang menutup dan bunyinya *crek. Aku menengok ke arah belakang dan mulai membuka pintu. Ternyata pintunya terkunci, aku minta tolong tetapi ayah dan ibuku tidak mendengarku.
Lalu aku diam sejenak untuk berpikir agar bisa keluar dari gudang ini. Setelah lama aku berpikir, terdengarlah suara tangisan anak kecil dan disitulah bulu tanganku mulai merinding. Tapi aku mulai memberanikan diri untuk menjawab tangisan anak kecil itu “siapa kamu? Tunjukan dirimu jika berani” jawabku dengan rasa takut. Lalu anak itu menunjukan dirinya dengan wajah dan pakaian yang tidak wajar dilihat (wajahnya yang hancur lebur dan bajunya berwana putih yang dibawah bagian perutnya bercucuran darah dengan rambut yang sangat panjang sampai kaki dan terlihat kusut).
Untunglah ada senter di dekat meja yang biasa ku buat untuk membersihkan gudang. Di depanku ada kursi tua yang ada ikatan tali tua nya mau putus, aku memotong talinya yang kupikir tidak berguna lagi dan aneh na setelah tali itu berhasil aku gunting, pintu gudang menutup dan bunyinya *crek. Aku menengok ke arah belakang dan mulai membuka pintu. Ternyata pintunya terkunci, aku minta tolong tetapi ayah dan ibuku tidak mendengarku.
Lalu aku diam sejenak untuk berpikir agar bisa keluar dari gudang ini. Setelah lama aku berpikir, terdengarlah suara tangisan anak kecil dan disitulah bulu tanganku mulai merinding. Tapi aku mulai memberanikan diri untuk menjawab tangisan anak kecil itu “siapa kamu? Tunjukan dirimu jika berani” jawabku dengan rasa takut. Lalu anak itu menunjukan dirinya dengan wajah dan pakaian yang tidak wajar dilihat (wajahnya yang hancur lebur dan bajunya berwana putih yang dibawah bagian perutnya bercucuran darah dengan rambut yang sangat panjang sampai kaki dan terlihat kusut).
“Kenapa kamu diam saja apakah kamu terkejut dengan penampilanku ini” jawabnya dengan nada sedih. “Oh maafkan aku karena telah berkata kasar terhadapmu, tapi mengapa wajahmu hancur?” jawabku dengan nada rendah. Wajahku hancur lebur karena perbuatan laki-laki yang tidak bertanggung jawab apakah kau tau? Di masaku masih kecil masih perawan mereka tega menggauli ku dan disaat aku mau melarikan diri dari rumah ini mereka meletakanku di kursi ini dan mengikat tubuhku lalu membunuhku dengan keji.
Dengan cara menyiram wajahku yang tidak berdosa dan lugu ini dengan minuman keras yang mereka bawa, Rasanya sangat perih, mereka pikir dengan membunuhku mereka tidak akan masuk penjara. Mereka menjambak rambutku dengan keras dan menginjaknya, disaat itu aku hanya bisa menangis karena tenagaku lemah dibandingkan mereka yang berbadan besar.
Mereka mencekik ku sangat keras sampai aku “mati” karena mereka pikir pada saat itu aku masih sanggup untuk bangun. “Lalu apa yang terjadi?” jawabku merasa kasihan padanya. Mereka melarikan diri dari ruangan ini dan meninggalkan mayatku membusuk disini karena keluargaku cemas sudah 3 minggu ini aku tidak pulang, mereka melaporkannya ke polisi, mereka menunjukan bahwa pada saat itu aku keluar sendiri tengah malam untuk menyanyi di sebuah acara undangan.
Setelah keluarga memberitahu keterangan lebih jelas pada polisi. Mereka, polisi itu sedang menyelidiki di rumah besar yang kosong ini yang sering aku lewati. Lalu ditemukan mayatku membusuk, didepan kedua orang tuaku. Aku tidak tega melihat orang tuaku menangis histeris. Orang tuaku meminta agar pelaku dihukum setimpalnya tetapi masih belum diketahui siapa yang membunuhku sampai saat ini. Karena hanya aku yang tau, karena ini hidupku, arwahku gentayangan sampai dendamku terbalaskan. Akhirnya sampai aku tau alasan pelaku yang membunuhku itu, pelakunya ternyata meminta tolong pada dukun genit.
BANDAR POKER DOMINO QQ , AGEN BANDARQ ONLINE , SITUS BANDARQ TERPERCAYA
Mendengar itu aku sangat marah, karena aku marah lalu aku mencari dukun genit itu dan membunuh pelaku itu serta dukun genit gila itu. Aku turut sedih melihat kondisimu yang sekarang ini, tapi kamu tetap cantik bagiku, dan baru kali ini aku tau ada setan yang lucu dan baik seperti kamu, jawabku. “Hahaha” jawabnya dengan wajah tersenyum.
0 Response to "Tangisan Arwah Anak Kecil"
Post a Comment